Jumat, 31 Desember 2010

Chupke se sun


Chupke se sun, is pal ki dhun
Is pal mein jeevan saara
Sapnon ki hai duniya yehi
Meri aankhon se dekho zara
Chupke se sun, is pal ki dhun
Is pal mein jeevan saara
Sapnon ki hai duniya yehi
Meri aankhon se dekho zara

Gehra hua, phatne laga
Kohre chhate
Dekho chaaron taraf ab noor hai jannat ka


Ujli zameen, neela gagan
Paani pe behta shikara
Sapnon ki hai duniya yehi
Teri aankhon se maine dekha
Chupke se sun, is pal ki dhun

Aasha ke par lage, panchhi banke main uddi
Jinki thi aarzoo, un raahon se main judi
Kuch paa gayi, kuch kho gaya
Jaane mujhe kya ho gaya
Jaagi jaagi soyi soyi, rehti hoon khoyi khoyi
Meri bekaraari koi jaane na, jaane na
Rut hai deewani badi, chhede mujhe ghadi ghadi
Aise mein anadi dil maane na, maane na
Sapnon ki hai duniya yehi
Teri aankhon se maine dekha
Chupke se sun, is pal ki dhun

Mausam ka ho gaya, jaane kaisa yeh asar
Chehre se ab tere, hatati nahin meri nazar
Koi kahin na paas hai, bas pyaar ka ehsaas hai
Khushboo ka jhonka aaye, humein mehka ke jaaye
Humko na kuch bhi khabar hai, khabar hai
Door shehnai baji, yaadon ki dulhan saji
Seene pe tumhare mera sar hai, sar hai
Sapnon ki hai duniya yehi
Meri aankhon se dekho zara

Gehra hua, phatne laga
Kohre chhate
Dekho chaaron taraf ab noor hai jannat ka

Chupke se sun, is pal ki dhun
Is pal mein jeevan saara
Sapnon ki hai duniya yehi
Teri aankhon se maine dekha
Chupke se sun, is pal ki dhun
Teri aankhon se maine dekha
Chupke se sun
Teri aankhon se maine dekha
Chupke se sun, is pal ki dhun

Awal Terjadinya Pemalsuan Hadis



Hadis Palsu dalam dunia Hadis lebih populer dengan istilah maudlû’. Secara etimologi terma maudhû’ di ambil dari kalimat “wadho’a syai’an “ yang berarti menurunkan atau meletakkan. Juga bisa berarti isqât (menggugurkan), bisa berarti iftira’ (membuat-buat atau mengada-mengada) juga bisa berarti tarku atau matruk (ditinggalkan).
Sedangkan  secara terminologis Hadis maudlu’ didefinisikan sebagai: Sesuatu yang dibuat-buat atau diciptakan yang kemudian didustakan atas nama Rasulullah Sallallâhu’alaihiwasallam1. Dari definisi ini dapat dipaham bahwa apa saja yang dibuat-buat dan dinisbatkan pada Rasulullah saw, baik itu bersifat positif ataupun negatif, baik itu berupa perkataan, pekerjaan, ataupun penetapan dari beliau maka dinamakan Hadis maudlû’. Namun ada yang berpendapat bahwa yang termasuk dalam katagori Hadis palsu bukan hanya apa yang disandarkan kepada Rasulullah tapi bisa juga disandarkan pada sahabat Nabi dan juga tabi’in.
 Kapan Muncul?
Hadis Nabi yang belum terhimpun dan terkodifikasi dalam satu kitab, dan kedudukannya yang sangat penting dalam kontruksi ajaran Islam merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan Hadis banyak dipalsukan dan ini telah dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab oleh orang-orang tertentu. Sedangkan kapan muncul pemalsuan Hadis terdapat perdebatan tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadis.
 Pertama, Pemalsuan Hadis telah terjadi dizaman Nabi. Pendapat ini antara lain yang dikemukakan oleh Ahmad Amin (w. 1337 H /1954 M). Alasan yang dikemukakan olehnya ialah Hadis mutawatir yang artinya:
barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya (bagiannya) di neraka” (Mutawatir, diriwayatkan oleh Imam al-Bukahri, Muslim, dan lain-lain)
Menurutnya, isi Hadis tersebut telah memberikan suatu gambaran, bahwa kemungkian besar pada zaman Nabi telah terjadi pemalsuan Hadis2. Menurutnya, sabda Nabi tersebut bersifat responsif. Maksudnya, ultimatum tersebut muncul sebagai respon atas suatu kejadian yang telah terjadi, yaitu adanya pemalsuan Hadis. Namun ia tidak memberikan bukti-bukti kuat tentang pendapatnya itu, misalnya contoh Hadis palsu yang telah terjadi pada masa Nabi. Dia menyandarkan pendapatnya hanya pada praduga yang tersirat (mafhum) dalam sabda Nabi diatas.
Pendapat Ahmad Amin tersebut dinilai lemah oleh sejumlah pakar Hadis, karena pendapat ini tidak didasarkan pada fakta empiris. Hadis yang dikemukakan oleh Ahmad Amin memang berkualitas mutawatir dan sudah pasti mempunyai bobot akurasi tinggi (qat’î) dan pasti benar. Akan tetapi Hadis tersebut tidak cukup kuat untuk dijadikan argumen bahwa pada zaman Nabi telah terjadi pemalsuan Hadis. Karena seandainya pada zaman Nabi telah terjadi pemalsuah Hadis, niscaya peristiwa itu akan menjadi berita besar dikalangan sahabat Nabi. Merurut Abu Zahw, Hadis pada masa Rasulullah Sallallâhu’alaihiwasallam terpelihara dari pemalsuan. Ini karena pada zaman Nabi wahyu masih turun dan banyak diantara ayat-ayat al-Qur’an yang mengungkapkan rahasia orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Karena itu mereka tidak berani membuat kebohongan pada Rasulullah Sallallâhu’alaihiwasallam dimasa beliau masih hidup.3
Lebih lanjut, menurut para pakar yang melemahkan pada pendapat Ahmad Amin ini. Sabda Nabi tersebut lebih bersifat prediktif preventif. Artinya Hadis tersebut sebagai warning (peringatan) keras bagi siapa saja yang hendak memalsukan Hadis. Jadi jauh-jauh hari Nabi Muhammad sudah merasa khawatir akan adanya kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab yang dengan mudahnya memalsukan Hadis yang dilatar belakangi oleh berbagai kepentingan.

Kedua, Pemalsuan Hadis yang berkenaan dengan masalah keduniawian telah terjadi pada zaman Nabi dan dilakukan oleh orang munafik. Sedang pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah agama (amr dîny) pada zaman Nabi belum terjadi. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Shalah al-Din al-Adlabiy. al-Adlaby membedakan pengertian pembicaraan dusta atas nama Nabi dalam arti mutlak dan dalam perspektif istilah ilmu Hadis. Apa yang disebutkan pertama –menurutnya- telah terjadi pada masa Nabi, dan dilakukan oleh orang-orang munafik. Sedangkan yang disebutkan kedua diperkirakan telah terjadi di masa Khalifah Utsman bin Affan.4
Namun lagi-lagi pendapat ini dianggap lemah. Sekalipun al-Adlaby memaparkan contoh Hadis yang dipalsukan pada masa Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Thahawiy dari ‘Abdullah bin Buraydah maupun yang diriwayatkan oleh al-Thabraniy dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Namun ternyata sanad-nya lemah (dla’îf). Karenanya, kedua riwayat dimaksud tidak dapat dijadikan dalil.

Ketiga, menyatakan bahwa pemalsuan Hadis muncul pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Suhbah. Beliau mengatakan bahwa Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya telah melakukan pemalsuan Hadis dimasa tersebut. Pendapat ini juga disampaikan oleh Abu Zahw. Namun pendapat ini memerlukan tinjauan dan analisis historis karena tidak memberikan argumentasi yang pasti serta bukti-bukti empiris tentang pemalsuan Hadis tersebut.5 

Keempat, pemalsuan Hadis mulai muncul pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pendapat ini dikemukakan oleh mayoritas ulama Hadis. Menurut pendapat ini, keadaan Hadis di zaman Nabi sampai sebelum terjadinya pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan (wafat 60 H/ 680 M) masih terhindar dari pemalsuan-pemalsuan.

Ali VS Mu’awiyah
Data historis menyatakan telah terjadi Fitnah Kubrâ dalam Islam. Dimulai dengan terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, kemudian perpecahan politik antara golongan yang pro Ali dengan golongan yang pro Mu’awiyah dalam masalah khilafah, dilanjutkan dengan lahirnya friksi-friksi politik dari konflik tersebut. Ini semua merupakan indikasi kuat yang memungkinkan terjadinya pemalsuan Hadis.
Di awali dengan tragedi berdarah yang sangat memilukan, yaitu terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Tragedi tersebut menyebabkan pos kepemimpinan menjadi kosong dan umat islam mengalami semacam krisis kepemimpinan. Pos strategis ini kemudian menjadi ajang perebutan antar sesama umat islam dan berimplikasi pada tercerai berainya umat dalam friksi-friksi politik. Fenomena ini membuat masing-masing kelompok memerlukan semacam legitimasi religius untuk memperkokoh dan memperkuat eksistensi friksi politiknya. Legitimasi tersebut bisa al-Qur’an ataupun Hadis. Namun mereka lebih memilih Hadis karena al-Qur’an bisa dikatakan mustahil untuk dipalsukan. Dan disinilah terjadi pemalsuan Hadis secara sporadis.
Pada masa terjadinya pertentangan politik antara Ali dan Mu’awiyah, para pendukung masing-masing –yang kurang bertanggung jawab- melakukan berbagai upaya untuk memenangkan perjuangan politiknya. Salah satunya, menurut Abdul Karim al-Khatib adalah dengan pembuatan Hadis-Hadis palsu.6 Contoh Hadis palsu yang dibuat-buat oleh para pendukung Mu’awiyah adalah sebagai berikut:
اْلاَمْنَاءُ ثَلَاثَةُ اَنَا وَجِبْرٍيْلُ وَمُعَاوٍيَة
 Orang yang bisa dipercaya ada tiga; saya, jibril, dan Mu’awyah.          
Begitu juga kelompok Sayyidina Ali, mereka tidak mau kalah. Diantaranya adalah:
 اِذَارَاَيْتُمْ مُعَاوِيَةَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَاقْتُلُوهُ
 Jika kalian melihat Mu’awiyah diatas mimbar maka bunuhlah.
Dari Abbasiyah pun tidak ketinggalan dalam meramaikan pemalsuan Hadis, diantaranya:
اْلعَـبَّاسُ وَصِيِّي وَوَرِثِيْ
 Abbas adalah penerima wasiatku dan ahli warisku
Dilanjutkan dengan perang saudara yang mereka lakukan di Shiffin pada tahun 657 M. Upaya damai yang diusulkan Mu’awiyah dan diterima oleh Ali telah mengakibatkan sekelompok orang Islam pendukung Ali menjadi marah. Mereka menyatakan diri keluar dari golongan Ali dan kemudian dikenal sebagai golongan al-Khawarij. Sempalan dari golongan pendukung Ali itu kemudian bukan hanya memusuhi Mu’awiyah saja, melainkan juga memusuhi Ali. Peristiwa tahkîm (arbitrasi) antara Ali dengan Mu’awiyah tersebut juga membuahkan permusuhan yang tajam pecah kembali dan berlarut antara pendukung Ali dengan pendukung Mu’awiyah. Kedua Pendukung golongan ini berusaha untuk saling mengalahkan. Salah satu cara yang mereka tempuh ialah dengan membuat beragam Hadis palsu.7 
Selanjutnya pertentangan politik yang terjadi di kalangan umat Islam tersebut melahirkan perbedaan paham di ranah teologi. Aliran teologi tersebut kemudian beranak pinak dan jumlahnya menjadi cukup banyak itu. Diantara para pendukung masing-masing aliran ada yang membuat Hadis palsu untuk memperkuat aliran yang masing-masing mereka anut.
Pendapat ini adalah paling kuat. Karena sejauh ini belum ditemukan data historis yang menunjukan adanya pemalsuan Hadis dimasa Rasulullah Sallallâhu’alaihiwasallam masih hidup. Hal inipun sangat logis mengingat sumber Hadis masih ada, sehingga ketika ada keragu-raguan atau kontroversi antar para sahabat mengenai Hadis, mereka bisa langsung mengkonfirmasikannya pada Nabi Muhammad Sallallâhu’alaihiwasallam.
Walhasil, pada zaman Nabi belum terdapat bukti yang kuat tentang telah terjadinya pemalsuan Hadis. Berdasarkan bukti-bukti yang telah ada, pemalsuan Hadis baru berkembang pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Walaupun begitu, bahwa tidak mustahil pemalsuan Hadis telah terjadi sebelum itu. Akan tetapi hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Pernyataan ini dikemukakan, karena pertentangan politik antara umat Islam dimulai pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, melainkan telah terjadi tatkala Nabi baru saja wafat. Juga, berdasarkan data sejarah yang ada, pemalsuan Hadis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam saja, melainkan juga telah dilakukan oleh orang-orang non-Islam. Alil Wafa/LPSI

Catatan akhir :
1 Periksa: Ibn as-Shalah, abu Amr Utsman bin Abd Rahman, Ulumu al- Hadis Hal. 212. 
2 Lihat: Ahmad Amin, fajr al-Islam hal 221.
3 Lihat: Dr Umi Sumbulah, Kritik Hadis pendekatan histories metodologis, UIN 2008. hal. 7.
4 Lihat: Shalah ad-Din bin Ahmad al-Adlaby Manhaj Naqdu al-Matn hal 40-42 dan 44 
5 Lihat: Dr Umi Sumbulah, Kritik Hadis pendekatan histories metodologis, UIN 2008. hal. 8.
6 Abdul Karim al-Khatib, al-Khilafah wa al-Imarah. (Bairut Dar al-Ma’rifah, 1963) Hal. 198
7 Menurut sebagian ulama, golonhan khowarij tidak ikut serta mambuat Hadis palsu. Karena mereka meyakini bahwa dusta merupakan dosa besar, dan orang yang berdosa besar menurut mereka adalah kafir. Tapi ada juga sebagian ulama yang berpendapar bahwa orang-orang al-khowarij juga turut serta dalam membuat Hadis palsu hanya saja jumlahnya sedikit. Lihat al-khatib, op.cit. hal 417-418

Samakah antara Cinta dan Nafsu...



Apakah Anda jatuh cinta, atau itu nafsu? Cinta dan nafsu saling berkaitan erat. Nafsu adalah ground nol untuk hormon – ini adalah cara alami untuk membawa jenis kelamin yang berlawanan bersama-sama untuk kawin. Bahkan, tanpa nafsu, meragukan bahwa cinta antara seorang pria dan seorang wanita akan memiliki kesempatan untuk berkembang sama sekali.

Kekuatan pendorong imperatif seksual menjembatani kesenjangan antara gaya otak yang hampir tidak sesuai dari kedua jenis kelamin. Jadi nafsu dapat dilihat sebagai salah satu ujung kontinum yang luas, yang mungkin atau mungkin tidak berujung pada cinta romantis.
Dan cinta adalah emosi manusia yang paling atas – transendental, agung dan mampu melahirkan keadaan emosional yang dapat membuat laki-laki ingin “menjadi laki-laki yang lebih baik. ”
Laki-laki berperang atas nafsu, tetapi mereka membuat rumah dan keluarga demi cinta.
Jatuh cinta dengan nafsu
Untuk pria, nafsu adalah sebuah pengalaman yang memabukkan; otak tertahan dan gelombang panas dari testosteron menjalankan pertunjukan. Nafsu, seperti cinta, adalah benar-benar buta. Inilah sebabnya, terutama pada awal suatu hubungan, maka akan sulit untuk mengatakan apakah Anda sedang dalam nafsu atau cinta — Apakah ia mungkin menjadi “The One”, atau sekadar lewat yang membuat darah Anda mendidih untuk hanya beberapa saat.
Hal ini karena laki-laki sangat mampu terlibat dalam seks sebelum mereka menempa ikatan emosional dengan seorang wanita – dan hormon mengamuk ini dapat dengan mudah menyamarkan diri mereka sebagai perasaan cinta.
Bahaya nyata adalah bahwa baik nafsu dan cinta dapat merampok pria dari kekuatan alam dan pertahanan – dan kemudian itu terlalu mudah untuk menyerahkan kekuasaan laki-laki ke wanita untuk seks-ploitasi.
Nafsu adalah sangat berbahaya karena menyebabkan pria berpikir dengan selangkangannya dan membuang semua alasan dan logika . Ketika seorang pria dalam nafsu dia tidak peduli apakah ia dan pasangannya memiliki kesamaan apa pun. Dia tidak tertarik tentang dari mana ia berasal atau ke mana ia akan pergi.
Otaknya hanya terfokus pada menggunakan kuncinya untuk membuka pintu gua rahasia. Jika pasangannya hanya dalam nafsu, dia akan menggunakan ini terhadap dirinya, tetapi jika mereka berdua jatuh cinta,seksualitas ini adalah sebuah ikatan.
Jadi bagaimana Anda bisa tahu apakah itu cinta atau nafsu? Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda menyelesaikan masalah .
Nafsu jika:
Anda benar-benar berfokus pada penampilan dan tubuh
Bahkan sebelum Anda tahu namanya, Anda sudah berkhayal tentang bagaimana penampilannya saat telanjang dan apa rasanya berhubungan seks dengannya.
Anda tidak peduli tentang apa yang harus dia katakan
Tidak akan membuat perbedaan bagi Anda jika Anda tidak pernah bicara dengan dia. Terlebih lagi,Anda tidak repot-repot membalas telepon dengan segera dan Anda dapat dengan mudah pergi selama berhari-hari tanpa bicara padanya – sampai Anda horny lagi.
Anda hanya ingin bersamanya untuk berhubungan seks
Anda membuat alasan untuk tidak menghabiskan waktu dengannya, kecuali untuk seks. Dan jika dia meminta pertolongan Anda, katakan padanya Anda terlalu sibuk. Namun, jika Anda harus bersama dia dan tidak berhubungan seks, saraf Anda naik dan Anda berfantasi tentang wanita lain.
Dia booty call Anda
Setelah Anda keluar dengan teman-teman Anda pada Jumat malam, kemudian Anda meneleponnya dengan mabuk jam 1 pagi. Ah, booty call.
Anda pergi setelah seks
Setelah berhubungan seks dengan dia, Anda mencari cara termudah untuk pergi. Tidak memeluk, tidak ada sarapan keesokan paginya, hanya “Aku harus pergi.”
Cinta jika:
Anda memiliki chemistry besar
Anda tersesat dalam percakapan Anda, dan jam berlalu seperti menit. Anda lebih dari bersedia mendengarkan dia ketika dia berbicara tentang harinya. Chemistry antara kalian adalah luar biasa.
Anda menemukan dia cantik
Bahkan jika Anda melihatnya tanpa make-up dan rambutnya diikat ke belakang sementara dia melepas sumbat sebuah toilet, ia masih terlihat cantik untuk Anda.
Anda ingin menghabiskan waktu dengannya
Semua yang ingin Anda lakukan adalah bersamanya, apakah Anda melakukan hubungan seks atau tidak. Bahkan jika ia mengatakan Anda bahwa seks harus menunggu, Anda tidak peduli.
Anda melihat masa depan bersama
Anda mengalami perasaan aneh bahwa hidup Anda akan menjadi benar-benar kosong tanpa dia. Anda memberitahu teman-teman dan keluarga Anda bahwa ia mungkin The One, dan Anda bahkan berpikir tentang menikahinya.
Anda memperkenalkannya kepada keluarga Anda
Ini menjadi sangat penting untuk Anda bahwa orang tua Anda menyukai dia, dan bahwa dia akrab dengan setiap orang yang dekat dengan Anda.
Anda memasukkan dia dalam semua rencana Anda
Apakah Anda akan pergi dengan teman-teman pria atau mengambil anjing Anda berjalan-jalan, Anda ingin dia sana bersama Anda. Dan kalau dia tidak ada, Anda tidak bisa melepaskan dia dari pikiran Anda dan menyelinap untuk memberinya panggilan telepon cepat “I miss you”. Tentu saja, Anda tidak memberi tahu teman-teman Anda.
Anda lebih romantis
Tiba-tiba Anda menemukan diri Anda mendengarkan lagu-lagu romantis murahan dan memikirkan dirinya. Anda mengirim bunga dan surat cinta dan mengatur makan malam romantis diterangi lilin malam di rumah.
Anda selalu membelanya
Jika seseorang mengatakan apa-apa bahkan sedikit meremehkan tentang dirinya, Anda segera membelanya. Selain itu, dalam pertemuan sosial, Anda selalu setuju dengannya, bahkan jika Anda tidak setuju di balik pintu tertutup.
Dia membuat Anda ingin menjadi orang yang lebih baik
Dia tantangan dan memotivasi Anda. Dia membuat Anda bahagia, dan Anda akan melakukan apa pun untuk membuatnya gembira.
Cinta dan nafsu
Nafsu adalah kesenangan jangka pendek; cinta adalah jangka panjang. Walaupun keduanya kadang-kadang menyamar sebagai satu sama lain, Anda harus dapat membedakannya. Caranya adalah yang sesungguhnya dalam memutuskan apa keinginan Anda … dan itu terserah Anda.