Sabtu, 13 November 2010

Makalah Ilmu Pendidikan Islam

BAB I
KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, bahwa hanya dangan petunjuk dan hidayah-Nya sajalah makalah ini bisa selesai dan bisa terwujud sehingga sampai dihadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga kiranya memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan bagi para pembaca pada masa sekarang dan yang akan datang.
Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai seamakin menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya bangsa, yang diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya yang bersifat universal, tampak studi tentang Ilmu Pendidikan Islam mejadi sangat penting dan mendapakan perhatian yang sangat luas, baik dikalangan umat Islam maupun dikalangan non Islam. Urgensi Ilmu Pendidikan Islam masa sekarang paling tidak dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi internal dan ekternal. Dengan sisi internal dimaksudkan adalah nilai-nilai dan sistem budaya yang berada dalam lingkungan umat Islam itu sendiri, sedangkan sisi ekternal yang dimaksudkan adalah nilai-nilai dan sistem budaya diluar kalangan Islam.




Paiton, 05 Juli 2009

Penulis
PENDAHULUAN

Pengetahuan tentang hakekat manusia dan kedudukan manusia merupakan bagian yang amat esensial, karena dengan pengatahuan tersebut dapat diketahui tentang hekekat manusia, kedudukan dan peranannya dialam semesta ini. Pengetahuan ini sangant penting karena dalam proses pendidikan manusia bukan saja objek tetapi juga sebagai subjek, sehingga pendekatan yang harus dilakukan dan aspek yang diperlukan dapat direncanakan secara matang.
Para ahli dalam bidang berbagai bidang memberikan penafsiran tentang hakekat manusia. Sastraprateja, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakekat manusia sendiri adalah sejarah, suatu peristiwa yang bukan semata-mata hanya datum. Hakekat manusia hanya dapat dilihat dalam perjalanan sejarah bangsa manusia. Dia juga mengatakan apa yang kita peroleh dari pengamatan kita atas pengalaman manusia adalah suatu rangkaian antrhopological constans yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang tetap dimilki oleh manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian Dan Ciri-Cirinya
Menurut para ahli pengertian kepribadian adalah sebagai berikut:
a. Allport, mendifinisikan kepribadian adalah: “susunan yang dinamis di dalam system psiko-fisik (jasmani rohani) seorang (individu) yang menentukan perilaku dan pikirannya yang berciri khusus”.
b. Menurut W. Stern kepribadian adalah: ”suatu kesatuan banyak (Unita Multi Compleks) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu
c. Hartman mendevinisikan kepribadian berupa, “susunan yang terintegrasikan dalam corak khas yang tegas yang diperhatikan kepada orang lain.”
Dari seluruh definisi yang telah dikemukakan di atas Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Manusia karena keturunannya pertama sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu peribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.
b. Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasi dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu.
c. Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan sisi pikiran itu ditentukan oleh nilai perangsanga social seseorang.
d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentu badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang.
e. Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, tetapi orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan social.
B. Macam-Macam Kepribadian Muslim
Berangkat dari teori kepribadian muslim di atas, maka kita dapat membagi kepribadian muslim tersebut kepada dua macam yaitu:
a. Kepribadian kemanusiaan (basyariah)
b. Kepribadian kewahyuan (samawi)
1. Kepribadian kemanusiaan dibagi kepada dua bagian yaitu:
a) Kepribadian individu; yang meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku secara intelektual yang dimiliki masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan orang lain.
b) Kepribadian ummah; yang meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun lainnya yang dapat memberi dampak negative.
2. Kepribadian samawi (kewahyuan) yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Quran, yang antar lain difirmankan allah yang artinya:
“dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanku yang harus, maka ikutilah dia, dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan itu mencerai-beraika kamu dari jalannya; yang demikian itu diperintahkan allah kepadamu agar kamu bertaqwa.”
Kepribadian muslim sebagai individu dan sebagai suatu ummah, terintegrasi dalam bentuk suatu pola yang sama. Dalam hal ini dasar teori kepribadian muslim, baik sebagai individu maupun sebagai suatu ummah yang satu, terjadi suatu bentuk dikhotomi yang terintegrasikan. Dikhotomi terletak hanya dalam pembagian saja, namun dalam dasar dan tujuan pembentukan keduanya terintegrasikan kepada dasar yang sama (filsafat pendidikan islam yang bersunber Al-Quran dan Hadits), serta tujuan yang satu yaitu menjadi pengabdi allah SWT yang taat, sesuai dengan firman yanga artinya:
“Tidaklah kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka menyemban kepadaku”.(Q.S. Al-Zariyat : 51)
“Itulah dia Allah, tuhanmu. Tiada tuhan kecuali Dia pencipta segala sesuatu oleh sebab itu sembahalah Dia.”
(Q.S. Al-Nisa’ : 103)
Pengintegrasian tersebut di atas sebenarnya yang menyebabkan timbulnya kepribadian samawi/kewahyuan. Oleh karena itu menurut Saltut:
Karena kepribadian perseorangan dan ummah belum dapat menjamin terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntutan hidup duniawi ukhrawi. Oleh karena itu diperlukan kepribadian samawi atau Islam, dimana perilaku lahiriah dan rohaniah manusia berada di dalam nilai-nilai ketuhanan yang positif dan konstruktif yang berorientasi kepada kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Disinilah nampaknya perbedaan pandangan antara kepribadian Muslim. Mungkin hal ini disebabkan oleh falsafah yang dianut oleh masing-masing berbeda, sihingga perbedaan dasar menyebabkan terjadinya perbedaan pandangan.
C. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
Proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah (bangsa/negara) dilakukan dengan memantapkan kepribadian individu muslim (karena individu bagian dari ummah) juga, dapat di lakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi sehinnga memungkinkan terbenetuknya kepribadian (akhlak) ummah.
Tardisi dan kondisi yang telah tersedia, diisi dengan usaha-usaha untuik mengisi pergaulan social bernegara dan antar Negara dengan akhlak islam berupa:

a. Pergaulan sosial
1. Tidak akukan hal-hal yang keji dan tercela seperti membunuh, menipu, riba, merampok, dendam, iri hati, sombongh , takabbur, bakhil dan sebagainya.
2. Membina hubungan tata tertib, mrliputi bersikap sopan santun dalam pergaulan, memeinta izin ketika masuk ke rumahorang, berkata baik dan memberi serta membalas salam.
3. Memepererat hubungnan kerja sama dengan cara menunggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dasar kerja sama untuk membalas kejahatan, berkhianat, mengadakan saksi palsu, menyembunyikan kebenaran, menganggap rendah orang lain, tidak memperdulikan masuarakat dan sebagainya.
4. Menggalakkan perbuatan-perbuatan terpji yang memberi dampak positif kepada masyarakat antara lain berupa menepati janji, memaafkan, memeprbaiki hubungan antar sesama muslim, amanah, membina kasih saying, berbuat ikhsan terutama kepada fakir miskin, mengembangkan harta anak yatim, mrngajak berbuat baik, berdifat pemurah, menyebarkan ilmu pengetahuan, membina perdaudaraan dan sebagainya.
b. Pergaulan dalam Negara
Pergaulan dalam Negara dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai keislaman da;am Negara diantaranya:
1. Kewajibann kepada Negara untuk bermusyawarah dengan raktnya.
2. Menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran dan kekasih saying serta tanggung jawab terhadap rakyat.
3. Tidak menghilangkan trhadap kepercayaan rakyat dan menyalah gunakan kepercayaan
4. Tidak membedakan kedudukan dan status social antar orang kaya dan orangn miskin dalam menerapkam undang-undang.
Sebaliknya sebagai rakyat, kaum muslimin diminta pula untuk menjalankan kewajiban dalam bentuk aktifitas yang memiliki nilai-nilai islam itu berupa:
a) Kewajiban mengikuti disiplin dengan taat dan bersyarat, yaitu selama kepala negara masih dapat menjunjung tinggi perintah allah.
b) Menyiapkan diri dalam membela Negara.
c) Menjauhi hal-hal yang dapat merugikan Negara seperti bekerja sama dengan musuh, menjauhi kerusuhan dan membuat maker.
c. Pergaulan antar Negara
1. Melaksanakan perdamayan antar bangsa.
2. Menghargai perjanjian.
3. Tidak serang menyerang.
4. Membina kerukunan antar Negara dan saling Bantu membantu.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan didepan penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan adalah suatu hal yang harus dicari dan yang dapat dilakukan oleh semua manusia, baik pendidikan itu baik bagi manusia atau jelek, dan perlunya seseorang mengetahui dan mempelajari berbagai hal-hal yang bersangkutan dengan undang-undang pembelajaran yang telah diterapkan dalam Negara Indonesia atau pemerintah dalam menggunakan istilah-istilah dalam pendidikan agar nantinya orang yang mempelajari atau mencari pendidikan dapat memilah-milah, mana pendidikan yang baik dan mana pendidikan yang buruk. Dalam kajian ini penulis cenderung untuk menjelaskan tentang kepribadian seorang muslim, sebagaimana pendapat para tokoh-tokoh pendidik yang telah diakui bersama, karena zaman sekarang banyak pendidikan yang tidak berlandaskan pada agama dan undang-undang pemerintah Indonesia ini, disamping agar tidak bertele-tele dan terjebak dalam perbedaan yang cenderung membingungkan bagi orang yang masih dalam taraf pemula dalam mempelajari tentang Pendidikan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar