Sabtu, 13 November 2010

Makalah KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM AGAMA

BAB I
KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, bahwa hany dangan petunjuk dan hidayah-Nya sajalah makalah ini bisa selesai dan bisa terwujud sehingga sampai dihadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga kiranya memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan bagi para pembaca pada masa sekarang dan yang akan datang.
Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai seamakin menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya bangsa, yang diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya yang bersifat universal, tampak studi tentang Ilmu Budaya Dasar mejadi sangat penting dan mendapakan perhatian yang sangat luas, baik dikalangan umat Islam maupun dikalangan non Islam. Urgensi IBD masa sekarang paling tidak dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi internal dan ekternal. Dengan sisi internal dimaksudkan adalah nilai-nilai dan sistem budaya yang berada dalam lingkungan umat Islam itu sendiri, sedangkan sisi ekternal yang dimaksudkan adalah nilai-nilai dan sistem budaya diluar luar kalangan Islam.




Paiton, 18 Nopember 2008

Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEPSI IBD DALAM AGAMA FILSAFAT DAN KEINDAHAN
A. KEINDAHAN
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang memepunyai sifat indah adalah hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni itu indah). Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas sesuia dengan keragaman manusia dan sesuai dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dimanapun kapanpun dan siapapun, dapat menikmati keindahan.
Keindahan odentik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Oleh karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah karena dasarnya tidak benar. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, mode, kedaerahan atau lokal.
Menurut cakupannya harus dibedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk membedakan ini dalam bahasa inggris sering digunakan istilah beauty (keindahan) dan the beatiful (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan.
Sedangkan menurut luasnya dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas, The Liang Gie menjelaskan bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Plato menyebutkan sebagai watak yang indah, sedangkan Ariestoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan. Platonius menyebutkan ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Jadi pengertian seluas-luasnya meliputi :
a. Keindahan seni
b. Keindahan alam
c. Keindahan moral
d. Keindahan intelektual
2. Keindahan dalam arti estetika murni menyangkut pengalaman estetika seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap oleh penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Dari pembagian keindahan tersebut diatas, masih belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Ini memang persoalan filsafat yang jawabannya beragam. Salah satu jawaban ialah mencari ciri-ciri umum yang ada pada semua bendaatau kualitas hakiki atau dengan pengertian keindahan. Jadi, keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapt pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan kebalikan(contras).
Filosof seni dewasa ini merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubunagn yang ada dianatara pencerapan-pencerapan inderawi kita. Sebagai filosof lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure), yang merupakan sesautu yang menyenangkan terhadap peglihatan atau pendengaran. Filosof abad pertengahan Thomas Aquinos (1225 – 1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan apabila dilahat (id qoud visum placet).
a) Nilai Estetik
The Liang Gie menjelaskan pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, sebaginya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Ada yang membedakan nilai sajektif dan objektif, akan tetapi, penggolongan yang penting ialah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sabagai alat atau sarana untuk hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alt atau pembantu. Sedangkan nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai tujuan ataupun demi kepentingan benda tersebut.
b) Mengapa Manusia Menciptakan Keindahan?
Keindahan itu pada dasarnya bersifat alamiah, sedangkan alam adalah ciptaan tuhan.berarti keindahan juga ciptaan Tuhan. Alamiah memiliki arti wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau wanita dalam lukisan lebih cantik daripada keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah dengan meluap-luap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.
B. RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam dan Renungan adalah hasail dari merenung. Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya merenung. Sudah tentu kadar renungannya berbeda satu sama lain, sekalipun objek renungannya sama. Apabila objek renungannya berbeda. Jadi, apa yang direnungkannya itu tergantung kepada objek dan sabjek.
Setiap kegiatan untuk merenung atau mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah dimiliki disebut berfilsafat. Akan tetapi, tidak semua orang mampu berpikir kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran. Yaitu proses berpikir yang logis dan analtis. Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun kegiatan, menyusun pengetahuan yang benar. Berpikir logis menunjuk pola berpikir secara luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logis ditinjau dari suatu logika tertentu. Dengan demikian, kemungkinan suatu pemikiran yang logis akan menjadi tidak logis bila tidak ditinjau dari sudut logika yang lain.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang juga menyadarkan diri pada suatu analisis. Analisis adalah kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu sehingga pengetahuan yang diperoleh disebut pengetahuan tidak langsung. Pemikiran ilmiah (keilmuan) dan pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada logika analisis. Hanya saja pemikiran kefilsafatan mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dengan karekter keilmuan.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam ciri, yaitu :
1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, hubungan dengan moral, seni dan tujuan hidup.
2. Mendasar, artinya pemikiran yang sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari gejala) sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap bidang keilmuan.
3. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajahi wilayah pengetahuan yang baru.
Cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik spekulatif, adalah metafisika. Renungan atau pemikiran yang dibahas dalam modul ini berhubungan dengan keindaha. Setiap hasil seni berasa dari renungan tanpa direnungkan hasil seni tidak akan mencapai keindahan.
Renungan yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, yaitu teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis. Setiap teori ini memiliki tokoh. Dalam teori pengungkapan Benedetto Croce, mengatakan bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.
Dalam teori metafisik, Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi. Sebagai realita ilahi, karya seni yang dibuat mamnusia hanyalah merupakan nimenis (tiruan) dari bawah sadar seoarang seniman. Adapun karya seninya merupakan bentuk berselubung yang diwujudkan dari keinginan-keinginan itu.
Teori permainan, yang masih tergolong teori psikologik, dipelopori oleh Friedrick Schiller dan Herbert Spencer. Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse).
Keats berpendapat bahwa jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, selalalu diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, pesimis (negatif capability). Juatru seniman yang tidak memiliki kemampuan negatif tidak mampu menciptakan keindahan. Hal ini karena kemampuan negatif identik dengan proses mencari keindahan karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah diciptakan. Pemgertian yang dekat dengan kemampuan ialah intensitas. Kekurangan intensitas ini erat hubungannya dengan ketidakberesan imajinasi, yang berarti seniman tersebut tidak akan dapat menciptakan keindahan.
Selain itu, Keats mengatakan bahwa untuk mengatasi ketakutan ialah hal-hal sesaat. Baginya hal-hal sesaat itu merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini membentuk konsep keindahan.
Selanjutnya, konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru dapat berkomonikasi setelah diberi bentuk seperti halnya gesang, setelah ia bermain dibengawan solo ia merenung. Ia menemukan konsep keindahan barulah berkomonikasi setelah dibari bentuk, yaitu lagu Bengawan Solo yang terkenal itu.

C. KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi; dengan kata dasarnya adalah rasi yang artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok mengandung pengertian mengandung pengertian perpaduan, ukuran, dan seimbang. Misal, dalam rumah tangga dan halaman, rumah yang bagus dengan halaman luas yang tersusun rapi dengan bunga-bunga yang indah, akan dipandang serasi.
Dalam mencipta seni, ada dua teori, yakni teori objektif dan teori subjektif. Teori subjektif menyatakan bahwa keindahan adalah terciptanya nilai-nilai estetik yang merupakan kualitas yang melekat pada benda itu.
Dalam perimbangan sebagai cabang teori objektif, dinyatakan bahwa keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Contohnya ialah bangunan arsitektur Yunani Kuno yang bagian atap bersusun dan ditopang tiang-tiang besar dengan ukuran seimbang, sehingga tapak harmonis dan serasi.atap yang bersusun itu, tercipta dari hubungan bagian yang berimbang berdasarkan perbandingan angka-angka.
Keserasian tidak ada hubungan dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk, dan ukuran. Keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek. Kadang kemewahan bisa menunjang keserasian, tetapi hal itu tidak selalu terjadi.

BAB III
KESIMPULAN

Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia, oleh karena itu, kapan, dimana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebanaran. Keduanya mempunyai nilai yang sama, yaitu abadi . dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Segala sesuatu yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Selain itu keindahan juga bersifatunifersal.
Ciri-ciri keindahan menyangkut kualita hakiki adalah segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan (harmoni), kesetangkupan (symmetry), dan lain sebagainya. Definisi keindahan sangat luas leh karena itu dalam estetika moderen, orang lebih suka berbicara tentang seni dan estitika kaena hal itu merupakan gejala kongkret yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian sistematis.
Nilai berarti kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai estetik sesuatu adalah realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada benda itu sendiri.
Ada yang membedakan nilai ini sebagai nilai subjektif dan nilai objektif atau nilai perseorangan dengan nilai kemasyarakatan. Penggolongan yang lebih penting ialah nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Nilai ekstrinsik dipandang dari bendanya, sedangkan intrinsik dari bendanya.

DAFTAR PUSTAKA

Mawardi Drs. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia, Bandung 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar