Sabtu, 13 November 2010

Syi'ah

A. PENGERTIAN DAN ASAL-USUL KEMUNCULAN SYI’AH
Syi’ah dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturaunan Nabi Muhammad SAW (ahl al-bait). Menurut Thabathbai istilah syi’ah pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu diantaranya adalah Abu Dzar AL-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.
Pengertian bahasa dan istilah diatas hanya merupakan dasar yang membedakan Syi’ah berikut doktrin-doktrinnya. Meskipun demikian, pengertian di atas merupakan titik tolak penting bagi madzhab Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dan sebagainya.
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Ustman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali ban Abi Thalib. Namun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peprangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan satu satu kelompok lain menolak sikap Ali (Khowarij).
Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kwmunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekholifaan Abu Bakar, Umar bin Khottab, dan Ustman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Tholiblah yang berhak menggantikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW.
Bukti sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm. diceritakan ketika kembali dari haji terakhir, perjalanan dari Mekkah ke Madinah, disuatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm, Nabi memilih Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat, tetapi juga menjadikan Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung mereka. namun, realitanya ternyata berbicara lain.
Bedasarkan realitas itulah, muncul sikap dikalangan kaum muslimin yang menentang kekholifaan dan menolak kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali .mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengkutinya. Inilah yan kem,udian disebut dengan Syi’ah. Namun lebih dari itu, seperti daikatakan Nasr, sebab utma munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu Islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan.
Syi’ah mendaptkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyah. Hal ini menurut As-Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terhadap al-bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan penguasa Bani Umayyah. Yazid bin Mu’awiyah, umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di karbala.diceritakan setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tongkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti ini menybabkan sebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti madzhab Syi’ah, atau paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedi yang menimpa ahl-al-bait.
Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekholifahan ahl-al-bait didepan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah. Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni Tauhid, Nubuwwah, Ma’ad, Imamah, dan Adl. Dalam Insiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan Sunni dan Syi’ah terletak pada doktrin Imamah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, Syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, sekolompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte Syi’ah itu adalah Istna Asy’ariyah, Sab’iyah, Zaidiyah, dan Ghulat.
B. SYI’AH ITSNA ASYARIYAH
1. Asal-usul Penyebutan Imamiyah dan Syi’ah Itsna Asyariyah
Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena yang menjadi dasar aqidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik, yakni Ali berhak menjadi kholifah bukan karena kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas dan pantas menjadi kholifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang hak Ali dan keturunannya untuk menduduki jabatan kholifah telah ada sejak Nabi wafat, yaitu dalam perbincangan politik di Saqifah Bani Sa’idah.
Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti yang ditunjukkan nas. Adapun Al-ausiyah (penerima wasiat) setelah Ali adalah keturunan dari garis Fatimah, taitu Hasan bin Ali kemudian Husein bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah Husein adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut ; Muhammad Al-Baqir, Abdullah Ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-Kahzim, Ali ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan terakhir adalah Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua belas. Demikianlah, karena berbai’at dibawah imamh dua belas imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna Asyariyah.
2. Dokrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah
Didalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep usul Ad-Din. Konsep ini menjadi dasar atau fondasi pragmatisme agama. Konsep usul Ad-din itu ada lima macam diantaranya :
a. Tauhid (The Devine Unity)
Tuhan adalah maha Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh oleh Tuhan. Tuhan maha tahu, maha mendengar, selalu hidup, mengerti semua bahasa, selalu benara dan bebas berkehendak. Keesaaan Tuhan tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri. Tidak dibatasi oleh ciptaa-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
b. Keadilan (The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaa-Nya dengan ketidakadilan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidakmampuan dan sifat ini jauh dari keoabsolutan dan kehendak tuhan.
Tuhan memberikanakal pada manusia untuk mengetahui perkara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya untuk melakukan perbuatan baik dan buruk. Jadi, manusia dapat memanfaatkan potensi berkehendaksebagai anugerah Tuhan untuk mewujudkan dan bertanggunjawab atas perbuatannya.
c. Nubuwwah (Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara baik dan buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah Istna Asyariyah, Tuhan telah mengutus 124.000 rosul untuk memberikan petunjuk kepada manusia.
Syi’ah Istna Asyariyah percaya mutlak tetntang ajaran tauhid dengan kerosulan sejak Adam hingga Muhammad dan tidak ada nabi atau rasul setelah Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif , perubahan atau tambahan.
d. Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan Tuhan diakhirat. Setiap muslim haruis yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakanbersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
e. Imamah (The Devin Guidence)
Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memeberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
Selanjutnya, dalam sisi yang bersifat mahda, Syi’ah Istna Asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang disebut dengan furu ad-din. Delapan cabang tersebut terdiri dari penghasilan, jihad, al-amr bi al-ma’ruf, dan an-nahyu an-al-munkar.
C. SYI’AH SAB’IYAH (SYI’AH TUJUH)

D.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar